TELUR

Perhatikan, 4 Kelompok Orang Ini Batasi KonsumsiTelur

Perhatikan, 4 Kelompok Orang Ini Batasi KonsumsiTelur
Perhatikan, 4 Kelompok Orang Ini Batasi KonsumsiTelur

JAKARTA - Telur dikenal sebagai salah satu sumber protein yang kaya asam amino esensial, mudah didapat, dan terjangkau bagi banyak orang. Meski demikian, bahan pangan ini tidak selalu aman dikonsumsi tanpa batas bagi semua orang. 

Ada beberapa kelompok yang sebaiknya membatasi asupan telur karena risiko kesehatan tertentu. Mengetahui siapa yang harus berhati-hati dapat membantu mencegah masalah kesehatan yang lebih serius.

Alergi Telur Bisa Picu Reaksi Berbahaya

Bagi sebagian orang, telur bukanlah sumber nutrisi yang aman. Orang yang memiliki alergi telur sebaiknya benar-benar membatasi atau bahkan menghindari konsumsi telur. 

“Meski bergizi, tidak semua orang dianjurkan mengonsumsi telur secara bebas. Salah satu kelompok yang perlu menghindarinya adalah orang dengan alergi telur,” jelas Dr Dinh Tran Ngoc Mai dari Universitas Kedokteran dan Farmasi, Pusat Medis Kota Ho Chi Minh.

Alergi telur paling sering terjadi pada anak-anak, tetapi dapat berlanjut hingga dewasa. Reaksi alergi bisa bervariasi, mulai dari gatal-gatal, pembengkakan, gangguan pernapasan, hingga kondisi serius seperti anafilaksis. 

Penting bagi orang dengan riwayat alergi untuk selalu membaca label makanan dan berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsi telur atau produk yang mengandung telur.

Kadar Kolesterol Tinggi Harus Perhatikan Kuning Telur

Kelompok lain yang perlu membatasi konsumsi telur adalah mereka dengan kolesterol tinggi atau gangguan metabolisme lemak. Kuning telur memang mengandung kolesterol yang cukup tinggi, sehingga konsumsi berlebihan dapat memengaruhi kadar lipid darah pada beberapa individu.

Namun, bagi sebagian besar orang sehat, mengonsumsi 1-2 butir telur per hari biasanya tidak memberikan dampak signifikan terhadap kadar kolesterol. Penting untuk menyesuaikan jumlah konsumsi telur dengan kondisi kesehatan masing-masing. Menggabungkan telur dengan pola makan seimbang dan gaya hidup aktif tetap menjadi kunci menjaga kesehatan jantung dan pembuluh darah.

Penyakit Hati Memerlukan Asupan Lemak Terkontrol

Orang dengan penyakit hati lanjut, seperti sirosis atau gagal hati, juga perlu membatasi konsumsi telur, terutama kuningnya. Hati yang terganggu memiliki kapasitas terbatas dalam memproses lemak, sehingga konsumsi lemak berlebih dapat memperberat kerja organ ini.

“Meski kolin dalam kuning telur dapat membantu metabolisme lemak hati, orang dengan penyakit hati berlemak tetap disarankan tidak mengonsumsi kuning telur secara berlebihan,” ungkap Dr Dinh. 

Oleh karena itu, pasien dengan penyakit hati disarankan lebih banyak mengonsumsi putih telur yang kaya protein tanpa lemak tinggi, serta membatasi konsumsi kuning telur sesuai saran dokter atau ahli gizi.

Penyakit Ginjal Perlu Atur Asupan Protein

Kelompok terakhir yang perlu memperhatikan konsumsi telur adalah penderita penyakit ginjal kronis. Pada kondisi ini, pengaturan asupan protein harian menjadi penting untuk mencegah kerusakan ginjal lebih lanjut. 

Meskipun demikian, putih telur tetap dapat dikonsumsi karena kandungan proteinnya tinggi dengan fosfor yang relatif sedang, sehingga aman selama jumlah total protein harian dikontrol.

Mengatur pola makan dengan tepat dapat membantu menjaga fungsi ginjal dan mencegah komplikasi. Konsultasi dengan dokter atau ahli gizi sangat dianjurkan untuk menyesuaikan jumlah protein dan jenis makanan yang dikonsumsi setiap hari.

Kandungan Nutrisi Telur yang Perlu Diketahui

Dalam satu butir telur berukuran sekitar 50 gram, terkandung 6-7 gram protein yang berasal dari putih dan kuning telur. Putih telur kaya albumin, yang berperan dalam menjaga massa otot dan mendukung sistem kekebalan tubuh. Sementara kuning telur mengandung lemak sehat, vitamin A, D, E, K, dan kolin, yang penting untuk fungsi otak dan hati.

Dengan mengetahui kandungan nutrisi dan potensi risiko bagi kelompok tertentu, konsumsi telur dapat diatur lebih bijak. Telur tetap menjadi sumber protein berkualitas tinggi, namun konsumen perlu menyesuaikan jumlah yang dikonsumsi dengan kondisi kesehatan masing-masing. Dengan begitu, manfaat nutrisi dapat diperoleh tanpa menimbulkan risiko kesehatan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index