Sinyal Telekomunikasi Aceh Tamiang Pulih Warga Kembali Terhubung Keluarga

Selasa, 30 Desember 2025 | 07:54:42 WIB
Sinyal Telekomunikasi Aceh Tamiang Pulih Warga Kembali Terhubung Keluarga

JAKARTA - Kehidupan warga di wilayah terdampak bencana kerap terasa terhenti ketika akses komunikasi terputus. 

Tidak hanya informasi yang sulit diperoleh, hubungan dengan keluarga pun terhambat, menambah beban psikologis pascabencana. Kondisi itulah yang sempat dialami masyarakat Aceh Tamiang setelah banjir dan longsor melanda daerah tersebut.

Kini, secercah harapan kembali hadir seiring pulihnya jaringan telekomunikasi. Menyalanya kembali sinyal bukan hanya memulihkan koneksi teknologi, tetapi juga menghidupkan kembali denyut aktivitas masyarakat.

 Pemulihan ini menjadi fondasi penting bagi proses kebangkitan warga, baik secara sosial, ekonomi, maupun kemanusiaan.

Pulihnya Jaringan Tandai Awal Aktivitas Warga

Pemulihan jaringan base transceiver station di Aceh Tamiang menjadi penanda awal kembalinya aktivitas warga pascabencana banjir dan longsor. 

Dengan kembali berfungsinya jaringan BTS, masyarakat dapat kembali berkomunikasi, mengakses informasi, serta menjalankan kegiatan sehari-hari yang sempat terhenti. Konektivitas ini juga berdampak langsung pada kelancaran koordinasi bantuan kemanusiaan.

Akses komunikasi menjadi kebutuhan mendesak setelah bencana. Ketika sinyal kembali tersedia, warga tidak lagi terisolasi dari dunia luar. Informasi terkait kondisi wilayah, bantuan, hingga kabar keluarga dapat diakses dengan lebih mudah. 

Hal ini memberikan rasa aman dan kepastian bagi masyarakat yang sebelumnya berada dalam ketidakpastian.

Selain menunjang kehidupan warga, pemulihan jaringan BTS juga membantu aparat dan relawan dalam menyalurkan bantuan. Koordinasi di lapangan menjadi lebih efektif, sehingga proses pemulihan dapat berjalan lebih cepat dan terarah.

Sinyal Kembali Hadir Bagi Keluarga Terdampak

Bagi Fariani, seorang ibu rumah tangga di Aceh Tamiang, pulihnya sinyal BTS menjadi perubahan paling nyata setelah bencana melanda. Ia merasakan langsung bagaimana konektivitas membawa kembali ketenangan di tengah situasi sulit. 

Dengan adanya sinyal, ia dapat menghubungi keluarga dan mengetahui kondisi di luar wilayah terdampak.

“Alhamdulillah, senang sekali ada sinyal. Jadi bisa menghubungi keluarga, anak yang jauh-jauh. Tadinya seperti orang bingung, mau ke mana-mana enggak tahu. Jadi alhamdulillah sekali,” ungkap Fariani.

Fariani menyampaikan perasaan tersebut saat bertemu Menteri Komunikasi dan Digital Meutya Hafid dalam kunjungan ke Aceh Tamiang, 28 Desember 2025. 

Ia berharap kualitas jaringan telekomunikasi dapat terus dijaga agar komunikasi warga tetap stabil ke depannya. 

“Harapannya ke depan lebih baik, bisa terus diperbaiki sinyalnya,” ujarnya.

Komitmen Pemerintah Pulihkan Konektivitas

Menteri Komunikasi dan Digital Meutya Hafid menegaskan bahwa pemulihan jaringan telekomunikasi sejalan dengan instruksi Presiden RI Prabowo Subianto. 

Pemerintah menargetkan seluruh layanan publik dan konektivitas di wilayah terdampak bencana dapat kembali pulih sebelum akhir 2025. Upaya ini menjadi bagian dari pemulihan menyeluruh pascabencana.

“Tugas kami memastikan koneksi internet dan seluler kembali pulih. Karena itu, kami bersama mitra hadir untuk memastikan setiap tugas dapat berjalan maksimal. Targetnya, pulih sebelum tahun berganti,” tegas Meutya. 

Pernyataan ini menegaskan keseriusan pemerintah dalam menjadikan konektivitas sebagai prioritas utama.

Menurut Meutya, keberadaan jaringan telekomunikasi sangat menentukan kecepatan pemulihan daerah terdampak. 

Selain mendukung aktivitas warga, koneksi yang stabil juga menjadi sarana penting bagi pemerintah dan lembaga kemanusiaan dalam menjalankan tugasnya secara efektif.

Tinjauan Lapangan dan Harapan Keberlanjutan

Dalam kunjungannya, Meutya bersama perwakilan operator seluler Telkomsel, Indosat Ooredoo Hutchison, dan XLSmart meninjau langsung sejumlah menara BTS yang terdampak bencana. 

Peninjauan ini dilakukan untuk memastikan proses pemulihan jaringan terus berlangsung dan berjalan sesuai target di lapangan.

Ia mengapresiasi perkembangan pemulihan jaringan telekomunikasi di Aceh Tamiang yang dampaknya sudah dirasakan langsung oleh masyarakat. 

“Tadi kami melihat warga sudah bisa melakukan panggilan video dan membaca berita. Akses informasi menjadi hal yang sangat penting dalam proses pemulihan bencana,” kata Meutya.

Meutya berharap jaringan seluler di wilayah tersebut dapat tetap stabil hingga tahun depan dan seterusnya. 

Bagi warga Aceh Tamiang, pulihnya jaringan BTS bukan sekadar tersedianya sarana komunikasi, melainkan juga simbol awal bangkitnya kehidupan pascabencana dan kembalinya harapan untuk menata masa depan.

Terkini

Lonjakan Pengisian Daya EV Capai Rekor Saat Nataru

Selasa, 30 Desember 2025 | 08:37:37 WIB

Pemerintah Pangkas Produksi Nikel Batu Bara Tahun 2026

Selasa, 30 Desember 2025 | 08:37:36 WIB

Target Produksi Minyak di Indonesia Capai Satu Juta Barel

Selasa, 30 Desember 2025 | 08:37:35 WIB